” Nilai tukar rupiah terus digencet ke level Rp 16.000. Terkini, nilai tukar dolar AS berada di Rp 15.945, terpaut 55 poin ke level Rp 16.000″.
JAKARTA | Harian Merdeka
Gawat! Nilai rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini rupiah terus tertekan menuju level Rp 16 ribu. Melemahnya nilai rupiah dikarenakan oleh faktor eksternal.
Melihat rupiah “berdarah-darah”, Presiden RI memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) merapat ke Istana Negara.
Berdasarkan pantauan, anggota KSSK datang pertama adalah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Namun, dirinya tak menjelaskan apakah agenda rapat tersebut membahas soal nilai rupiah yang merosot. “Mau tahu aja (sambil tersenyum),” ujar Perry, Senin (23/10/2023).
Sekitar pukul 15.20 WIB, giliran Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, tiba. Disusul Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa 5 menit setelahnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi yang paling terakhir tiba sekitar pukul 16.15 WIB. Ketika tiba dia tidak menjawab satu pun pertanyaan wartawan. “Udah telat,” sambil berlari masuk ke Istana Negara.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terus digencet ke level Rp 16.000. Terkini, nilai tukar dolar AS berada di Rp 15.945, terpaut 55 poin ke level Rp 16.000.
Analis DFCX Futures Lukman Leong mengatakan, faktor eksternal masih menjadi penyumbang tenaga dolar AS untuk menggencet Rupiah.
Ia pun menduga merosotnya rupiah terhadap nilai mata uang dolar AS disebabkan oleh naiknya imbal hasil obligasi AS oleh kekhawatiran akan prospek suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve yang juga menguatkan mata uang negeri Paman Sam.
“Investor pun mengantisipasi data PDB AS minggu ini yang diperkirakan akan tumbuh kuat 4,2% serta data inflasi PCE AS. Investor juga mengantisipasi sikap hawkish dari Powell yang akan kembali berpidato minggu ini,” ungkap Lukman, dilansir detik Senin (23/10/2023).
Faktor lainnya, lanjut Lukman, adalah perang Israel-Hamas yang mendorong kenaikan uang dolar AS. Konflik dua negara itu juga mengerek kenaikan harga minyak mentah yang pada ujungnya menaikkan nilai tukar Dolar.
“Faktor lainnya yang juga berperan adalah kekuatiran akan eskalasi perang Israel-Hamas dan harga minyak mentah dunia yang kembali tinggi,” beber Lukman.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra juga mengamini faktor eksternal menjadi pemicu utama Dolar terus berjaya. Konflik Israel-Hamas memicu pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan beralih ke Dolar sebagai safe haven.(jr/you)