LEBAK | Harian Merdeka
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mencatat tahun 2023 menjadi tahun terparah kekeringan melanda bumi Multatuli sepanjang BPBD berdiri pada tahun 2010.
Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama mengatakan selama kemarau panjang akibat El-Nino pihaknya mencatat 22 Kecamatan di Kabupaten Lebak mengalami kekeringan dan berdampak pada 1,1 juta jiwa.
“BPBD berdiri tahun 2010, kita mencatat kekeringan terjadi di tahun 2015, 2017 dan 2019. Yang paling parah 2023,” kata Febby di Kantor BPBD Lebak, Rangkasbitung, Rabu (11/10/2023).
Febby mencatat kekeringan yang disertai fenomena El-Nino membuat BPBD bekerja keras dalam melayani masyarakat. Khususnya dalam distribusi air bersih.
“Tahun 2015 kita distribusi air hanya sekitar 500 ribu air. Tahun ini data terbaru sudah 1 juta liter air yang didistribusi dan itu on going masih terus berlanjut karena masih banyak desa-desa yang membutuhkan,” tuturnya.
Kata Febby, sebetulnya BMKG telah memperingatkan pemerintah daerah bahwa kekeringan di tahun 2023 disertai dengan fenomena El-Nino moderat kuat.
“Fenomena El-Nino moderat kuat ini sedikit lebih rendah dengan fenomena El-Nino tahun 1997. Jadi memang tahun ini terparah selama ini,” kata dia.
Warga Kecamatan Gunungkencana, Heru Jasmani mengaku jika diwilayahnya masih sulit mendapatkan air. Bahkan sumber sumber air, semisal sumur telah mengalami kekeringan, ia berharap Pemkab terus mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat.
Diketahui, kekeringan disertai fenomena El-Nino mulai melanda Kabupaten Lebak sejak Juni 2023. Puncaknya diprediksi akan berakhir pada akhir Oktober 2023. (Eem)