Menu

Mode Gelap
Kaesang Pangarep Menghilang? Diawasi dengan Teknologi AI, 1 Oktober, Pertalite Dibatasi Operasional RT RW Rp 4 Juta 44 Karyawan PSSI Dipecat Gaji Pekerja Dipotong Buat Pensiun

Bisnis · 17 Apr 2024 10:45 WIB ·

Ketegangan Iran-Israel, Presiden Kumpulkan Menteri


Ketegangan Iran-Israel, Presiden Kumpulkan Menteri Perbesar

JAKARTA | Harian Merdeka

Ketegangan antara Iran dan Israel berdampak pada harga minyak dunia. Presiden Jokowi pun langsung merespon dengan mengumpulkan para menteri di Istana Negara. Mereka dikumpulkan untuk mengantisipasi dampak-dampak yang terjadi dari konflik di Timur Tengah.


Menko Perekonimian, Airlangga Hartarto memaparkan dampak yang pertama harus diantisipasi yakni melonjaknya harga minyak dunia.


“Dari sisi Perekonomian kita melihat tentu ada lonjakan harga minyak imbas serangan Israel ke iran di kedutaan Damaskus dan juga terhadap retaliasi yang dilakukan Iran,” ungkap Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).


Dampak lainnya, lanjut Airlangga, meyangkut kenaikan harga logistik. Menurutnya, operasional pengiriman barang di Selat Hormuz dan Laut Merah berpotensi besar akan terdampak. Biaya logistik bakal meroket dalam waktu dekat.


“Dari segi ekonomi Laut Merah dan selat Hormuz itu menjadi penting, terutama karena Selat Hormuz 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah 27 ribu. Dan peningkatan freight cost menjadi salah satu yang harus dimitigasi,” ujarnya.


Selanjutnya dampak plus minus pada sektor perdagangan riil juga menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya dengan dampak depresiasi nilai tukar dan kenaikan harga produksi hal ini bisa membuat harga barang-barang yang diimpor akan melonjak. Namun, dampak positifnya produk-produk yang diekspor dari dalam negeri bisa naik harganya.


Menurut Airlangga seiring dengan konflik yang terjadi di Timur Tengah, banyak investor yang mulai mencari instrumen safe haven. Mulai dari emas hingga memegang Dolar Amerika Serikat, hal ini lah yang membuat nilai tukar Rupiah bisa melemah.


“Sektor riil dampak depresiasi nilai tukar dan kenaikan ini salah satu yang dilihat dan tentu sangat berpengaruh terhadap impor dan efek eksportir mendapatkan devisa lebih banyak. Tentu plus minus harus diperhatikan,” tuturnya.


Khusus harga minyak dunia, Kementerian ESDM telah melakukan pengkajian terhadap dampak perang Iran-Israel.


Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, perang tersebut diperkirakan akan mengerek harga minyak dunia antara US$ 5 hingga 10 per barel.
“Risiko itu kalau menurut pendapat kami sekitar US$ 5-10 per barel. Kalau sekarang US$ 90-an, jadi kalau menurut kami untuk naik mendekati US$ 100 kayaknya bisa terjadi,” katanya.


Dia mengatakan, Indonesia sendiri masih impor minyak mentah dan BBM. Kenaikan harga minyak mentah bisa mengerek impor minyak dan BBM. Dia bilang, pihaknya telah meminta PT Pertamina (Persero) untuk membuat simulasi dampak dari kenaikan harga minyak mentah. (jr)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Arab Saudi Vs Indonesia, ‘Garuda’ Sering Kalah

4 September 2024 - 10:01 WIB

‘Belajar’ dari Korea Selatan

2 September 2024 - 10:37 WIB

HNSI Kota Medan Surati KSOP Utama Belawan Terkait Kecelakaan Nelayan

30 Agustus 2024 - 13:58 WIB

Jangan Puas, Tapi Kerja Keras

30 Agustus 2024 - 10:50 WIB

Garuda Muda Hajar Argentina

29 Agustus 2024 - 11:05 WIB

ID Food – Frisian Flag Garap Susu Program MBG

27 Agustus 2024 - 10:37 WIB

Trending di Bisnis