JAKARTA | Harian Merdeka
PDIP tengah merana di Pilkada serentak 2024. Partai berlambang banteng moncong putih itu tak percaya bisa keok di empat provinsi besar di Pulau Jawa, termasuk Jawa Tengah yang disebut-sebut sebagai kandang banteng.
Di pemilihan gubernur Banten, pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi yang diusung PDIP bersama Golkar harus menelan pil pahit.
Berdasarkan hasil hitung cepat, Rabu (27/11), pukul 23.47 WIB dengan 100 persen suara yang masuk, pasangan Soni-Dimyati yang disokong KIM Plus memperoleh suara 57,52 persen. Sedangkan jagoan PDIP memperoleh 42,48 persen suara berdasarkan hasil quick count Charta Politika.
Kemudian di Pilkada Jawa Barat, pasangan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja, babak belur. Pasangan yang diusung PDIP ini kalah telak dengan jagoan KIM Plus, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan 61,16 persen berdasarkan hasil quick count Indikator Politik per Rabu (27/11) pukul 20.29 WIB, dengan data masuk 100 persen.
Di Jawa Timur, KIM Plus berjaya. Gabungan partai yang mengusung Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak meraih 58,14 persen menumbangkan jagoan PDIP Tri Risma Harini-Zahrul Azhar Asumta 33,48 persen hasil quick count LSI Denny JA per Rabu (27/11) pukul 16.42 WIB, dengan data suara masuk 98,29 persen.
Yang bikin miris hati Pilgub di Jawa Tengah. Wilayah yan disebut-sebut kandang Banteng ini malah menjadi saksi bisu tumbangnya banteng. Pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi hanya mengumpulkan 41,31 persen, masih kalah jauh dari Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang di-endorse Presiden RI Prabowo Subianto, meraih 58,69 persen hasil quick count LSI Denny JA per Rabu (27/11) pukul 20.53 WIB, dengan data suara masuk 98,29 persen.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyalahkan Partai Cokelat atas kekalahan yang menyesakkan ini. Dia menyebut Partai Cokelat tak sendiri tapi bekerja dengan dibantu Pj Kepala Daerah dan atas perintah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Partai Cokelat ini sudah barang tentu adalah oknum-oknum kepolisian. Cuma karena tidak hanya satu, tidak hanya satu tempat. Mungkin sebaiknya kita tidak menyebut oknum-oknum. Tapi ini sudah sesuatu yang bersifat komando. Dan saya kira pemegang kuncinya adalah Listyo Sigit. Beliau bertanggung jawab terhadap institusi yang dia kendalikan, yang dia pimpin,” ujar Hasto saat konferensi Pers di DPP PDIP, Jakarta Pusat, dikutip inilah com, Kamis (28/11).
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan, anomali yang terjadi di Pilkada 2024 sangat kental dirasakan oleh pasangan yang diusung partainya yakni Airin Rachmy Diany-Ade Sumardi di Pilgub Banten.
Dirinya merasa kaget, intervensi Partai Cokelat juga menyasar Airin yang tercatat sebagai timses Prabowo Subianto saat Pilpres lalu. “(Ini) anomali yang pertama, di luar nalar kami. Seorang Airin, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran, sukses memenangkan Prabowo-Gibran di Banten, pada saat dia menjadi calon gubernur, harus mengalami intervensi kekuasaan untuk menggagalkan kemenangan,” ujarnya.(jr)