Menu

Mode Gelap
BPJS Kesehatan Jamin Biaya Cuci Darah dan Transplantasi Ginjal untuk Penderita Gagal Ginjal Tanpa Memilah Memilih Suku, Ras, Agama dan Golongan, Maesyal Rasyid Rangkul Semua Kalangan Kota Tangerang Butuh Pemimpin yang Visioner, Bukan Pemimpin Modal Uang BNN Provinsi Sumatera Utara Berkolaborasi Dengan Pelindo Regional 1 dan Pelindo Tanjung Balai Pemkot Tangerang Luncurkan Gerakan Pangan Murah,Sambut HUT ke-79 RI

Daerah · 2 Nov 2023 10:40 WIB ·

118.000 Anak Berisiko Tangerang ” Dikepung” Stunting


118.000 Anak Berisiko  Tangerang ” Dikepung” Stunting Perbesar

TANGERANG | Harian Merdeka

Angka stunting di Kabupaten Tangerang tergolong cukup tinggi. Namun upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menekan angka stunting terus dilakukan dengan melibatkan sejumlah pihak.

Kepala DPPKB Kabupaten Tangerang dr. Hendra Tarmizi mengungkapkan, meskipun angka stunting menurun, namun pihaknya tidak akan lengah karena masih banyak pekerjaan rumah terkait masalah kesehatan yang harus diselesaikan.

dr. Hendra menjelaskan, pada 2023 tercatat kasus balita stunting sebanyak 5.200 dengan persentase sebesar 2,7 persen mengalami penurunan dan telah ditangani oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Ia membeberkan berdasarkan data, angka kasus saat itu sekitar 16.000 kasus stunting. Kemudian pada 2022, angka kekerdilan pada anak itu turun menjadi 9.000 kasus. Kini pada 2023 kembali turun hingga 5.800 kasus.

Lebih lanjut, mantan juru bicara Covid-19 Kabupaten Tangerang, intervensi untuk dapat mencapai angka stunting nol persen di wilayah-wilayah tersebut dilakukan dengan melibatkan berbagai instansi.

Menurutnya, saat ini ada sekitar 118.000 keluarga beresiko stunting dari angka sebelumnya sebanyak 350 ribu.

“Penurunan ini merupakan hasil kerja sama antar instansi dalam program percepatan dan pengendalian terhadap stunting,” ucap dr. Hendra.

Ia mengungkapkan kasus stunting dan kasus keluarga beresiko stunting di Kabupaten Tangerang secara umum merata.

“Namun yang lebih banyak keluarga beresiko stunting terdapat di wilayah pantura,” beber dr. Hendra.

dr. Hendra menjelaskan, keluarga beresiko stunting dapat terjadi karena pola asuh dan saat ini angkanya cukup tinggi.

“Di Kecamatan Kelapa Dua malah tinggi angkanya. Ternyata dia ibunya kerja, neneknya yang ngurusin anaknya tidak dibawa ke Posyandu. Nah itu tugasnya nanti tim dari DPPKB yang turun mengedukasi neneknya,” imbuh dr. Hendra.

Ia mengatakan, intervensi awal terhadap keluarga beresiko stunting terus dikejar. (den/hmi)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

BNN Provinsi Sumatera Utara Berkolaborasi Dengan Pelindo Regional 1 dan Pelindo Tanjung Balai

25 Juli 2024 - 14:44 WIB

Pemkot Tangerang Luncurkan Gerakan Pangan Murah,Sambut HUT ke-79 RI

25 Juli 2024 - 12:38 WIB

Ramai – Ramai Warga Serang Antusias Sambut Andra Soni

25 Juli 2024 - 12:38 WIB

Ribuan Warga Cilangkahan Akan Aksi di DPR RI

24 Juli 2024 - 10:39 WIB

Kebakaran yang menghanguskan bangunan SDN 01 Pondok Bambu, Jalan Gading II RT 05/RW 11, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.

24 Juli 2024 - 10:15 WIB

RPP Anak Ranting Se Kelurahan Labuhan Deli, Kec. Medan Marelan Periode 2024 – 2026

23 Juli 2024 - 20:37 WIB

Trending di Daerah